Friday, March 8, 2013

tips landscapes

Tips ini ditulis oleh Pak Yadi Yasin, seorang fotografer senior dan member FN  untuk dibagi dengan para pembaca semua. Karena saya sendiri adalah penyuka landscape, maka saya rasa tulisan ini nantinya akan sangat bermanfaat bagi saya sendiri maupun pembaca.
Mungkin tips-tips ini ada yang terkesan kuno, oldies dan kurang “revolutionized” tapi mungkin ini adalah tips-tips dasar yang bisa dipergunakan sepanjang masa, terutama bagi yang ingin memulai mendalami landscape Photography.
Dari tips-tips dibawah akan juga menyinggung beberapa hal lain, seperti Rule of Third, Hyperfocal distance, dll yang hanya dijelaskan singkat krn bisa menjadi satu topik sendiri.




1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)
Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah “tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon”. Konsep dasar teori “oldies” ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (DOF) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.
Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.
Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus.

2. Gunakan tripod dan cable release
Dari #1 diatas, akibat dari semakin lebarnya DOF yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat dari hentakkan mirror saat awal.

3. Carilah Focal point atau titik focus
Titik focus disini bukanlah titik dimana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik dimana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto.
Hampir semua foto yang “baik” mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.
Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata “wandering” tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.
Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn BG, dst.
Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan “oldies” Rule of Third bermain.

4. Carilah Foreground (FG)
Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape anda.
Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan “sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.
Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dr foto landscape kita. Apapun bisa menjadi object yg kuat di FG dari hanya rumput… … hingga batu.

5. Pilih langit atau daratan
Langit yang berawan bergelora, apalagi pada saat sunset atau sunrise, akan membuat foto kita menarik, tapi kita tetap harus memilih apakah kita akan membuat foto kita sebagian besar terdiri dari langit dgn meletakan horizon sedikit dibawah, atau sebagian besar daratan dgn meletakkan horizon sedikit dibagian atas.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.
Komposisi dgn menggunakan prisip “oldies” Rule of Third akan sangat membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.
Tentu saja hukum “Rule of Third” bisa dilanggar, andai pelanggaran itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak selalu dead center adalah jelek.

6. Carilah Garis/Lines/Pattern
Sebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto landscape anda. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut.
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang). Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, dst.

7. Capture moment & movement
Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture) langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak, pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape. Untuk itu lihat #13.

8. Bekerja sama dengan alam atau cuaca
Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting. Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.
Selain kesabaran dalam “menunggu” moment, kesiapan dalam setting peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll. 3 jam pada satu lokasi menghasilkan ratusan shot dgn berbagai shading/shadow dan high-light pada object yang berbeda semua.

9. Golden Hours & Blue hours
Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah matahari terbit (sunrise).
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan pada #6 diatas.
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.

Ini berlawananan dgn IR landscape photography yg tidak mengenal golden hours, dimana saat terbaik justru pada saat tengah teriknya matahari.
Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.
Jadi adalah kurang tepat, bahwa pada saat matahari sudah terbenam dan langit mulai gelap (oleh mata kita), kita langsung mengemas/beres2 gear/tripod kita. Justru pada saat ini kita bisa mendapatkan sebuah scene yang bagus dimana langit akan berwarna biru dan tidak hitam pekat.
Biasanya dgn long exposure, awan pun (walau kalau kita lihat dgn mata telanjang sdh tidak tampak) masih akan terlihat jelas dan memberikan texture pada langit biru.

10. Cek Horizon
Walaupun sekarang dgn mudah kesalahan ini dapat di koreksi dgn image editor tapi saya masih berkeyakinan “get it right the first time” akan lebih optimal.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
  • Apakah horizonya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan, lihat #12
  • Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik, lihat #5 untuk pengaplikasian Rule of third.
Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.

11. Ubah sudut pandang/angle/view anda
Kadang kita terpaku dgn sudut pandang atau angle yang umum kita lakukan, atau mungkin kalau kita mengunjungi suatu tempat yang sering kita lihat fotonya baik itu dimajalah atau website seperti di FN ini, kita menjadi “latah” dan memotret dgn angle yang sama.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya “eye-level angle” (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.
Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah… tentu saja dgn lebih mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan menghitung resiko yang mungkin didapatkan.
Satu hal yang harus dipahami, mencoba dengan sudut pandang yang berbeda tidak selalu otomatis gambar kita akan lebih bagus atau lebih baik, tapi begitu sekali anda mendapatkan yang lebih bagus, dijamin pasti berbeda dgn yang lain.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan “move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses”.
Terutama jika anda sering travelling, baik itu ke tempat yang sudah umum atau ke tempat yang jarang di kunjungi fotografer. Ada kalanya kita ada pada suatu spot dimana foto dari lokasi itu sudah merupakan lokasi “sejuta umat” dimana ratusan bahkan ribuan fotografer pernah memotret di spot yg sama dan menghasilkan foto yang mirip atau beda-beda tipis.
Gunakan foto-foto yang sering anda lihat tersebut sebagai referensi, pelajari dan aplikasikan tekniknya dan coba menemukan sesuatu yang berbeda. Make a difference.

12. Pergunakan peralatan bantu
Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter, lihat disitu ttg Graduated Natural Density (Grad ND): What, How, & When
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon.
Memang dgn semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar untuk memperbaiki/koreksi kesalahan pada saat eksekusi yang bisa mengatasi kesalahan exposure atau kemiringan horizon, penggunaan alat2 tersebut diatas kadang terasa kurang diperlukan, tapi umumnya “get it right the first time” akan bisa menghasilkan foto yang lebih baik dan natural, dibandingkan kalau foto itu harus dipermak habis-habisan nanti hanya agar bisa tampak “baik”.
Jika sudah melakukan segalanya dgn baik dan benar, akan lebih terbuka luas lagi kemungkinannya untuk mengolahnya dgn lebih sempurna nantinya.

13. Lensa yang dipergunakan
Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm, 16mm, dst), wide (20mm – 35m), medium, (50mm – 85mm), hingga tele/super tele (100mm – 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.

Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.
Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg “bagus” walau memang berbeda.

14. Persiapkan diri dan sesuaikan peralatan
Walau ini tidak berhubungan langsung, tapi kadang sangat menentukan. Sering kali kita membutuhkan research atau tanya dulu kiri kanan, baik itu dgn googling atau bertanya dgn fotografer yang sudah pernah kesana ke satu lokasi sebelumnya, terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda jauh iklim maupun cuacanya, krn itu akan menentukan kesiapan kita baik fisik maupun peralatan yang harus dibawa, baik itu peralatan fotografi maupun peralatan penunjang.
Cek ulang dan test semua camera dan lensa yang akan dibawa. Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.
Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah dilakukan.
Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.
Kesiapan diri dan peralatan akan menentukan apakah photo trip kita berhasil atau tidak.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah melindung seluruh peralatan yang anda bawa selama photo trip/hunting, baik itu hanya day-trip, overnight trip atau trip berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Sebelum berangkat, pastikan anda memilki check-list perlaatan apa saja yg anda bawa. Catat juga semua model dan serial numbernya.

sumber Lombok landscapers

Operator pada Delphi ( Pangkat, Akar, Kali, Bagi, dll)

Ass. wr. Wb...

Pagi temen-temn semua. dah lama gk ngeblog kangen juga. kali ini saya mau ngasi tutorial tentang Operator pada delphi, mungkin temen2 delphier dah sangat menguasai tentang ini, tapi mungkin ada temen2 yang lupa ato yang baru belajar bisa gabung disini dah...

Daftar Bernomor
Okey sebelum kita mulai, temen mesti tau dulu jenis Operator pada Delphi, di delphi ada 3 jenis Operator yaitu : Operator Aritmatika, Operator Perbandingan dan Operator Logika;

Untuk Operator Aritmatika, ada banyak jenis antara lain :

  1. ^ : Operator pemangkatan,
  2. * : Operator pengalian.
  3. / : Operator pembagian dengan hasil bilangan pecahan.
  4. Div : Operator pembagian dengan hasil bilangan Bulat.
  5. Mod : Operator Sisa Bagi.
  6. + : Operator Penjumlahan.
  7. - : Operator pengurangan.
Okey kita langsung praktek saja, pertama-tama temen2 buat sebuah Form berisikan 2 buah Edit, 3 buah label dan 10 buah Button sepeti gambar dibawah ini.

atau bisa copy paste source dibawah ini:









Friday, February 22, 2013

Menjadi Programmer Sukses

Menjadi Programmer merupakan cita-cita anak informatika. Tetapi tidak semua anak lulusan informatika ingin menjadi programmer. Programmer merupakan pekerjaan yang menguras otak dan logika, jadi kalau Anda merasa logikanya lemah dan ingin menjadi programmer, mendingan ambil bidang lain saja, seperti technical support /hardware maintenance, loh mengapa?

Karena Hardware Maintenance pekerjaanya itu-itu saja dan dapat ditekuni, sedangkan untuk menjadi programmer diperlukan kreatifitas. Misalnya ada seorang Client minta dibuatkan program pendeteksi wajah, yang dapat menunjukan bahwa Wajah si A dan si B bersaudara, ha ha ha. Puyeng kan?

Untuk menjadi programmer sukses tidaklah mudah, untuk dapat menjadi programmer aja susah.
Untuk menjadi programmer :
- Harus suka dengan logika
- Suka dengan bahasa pemrograman tertentu
- Mempelajarinya bertahun-tahun, min 1 tahunlah secara intensif

Lama kan?

Nah untuk menjadi programmer Sukses tentu harus mahir di bahasa pemrograman tertentu sampai level advance, kalau di List berikut kiat-kiat untuk menjadi programmer sukses 1. Mahir dalam bhs pemrograman tertentu 2. Buat Usaha Sendiri yang sudah punya pelanggan/client besar yang tetap atau menjadi programmer diperusahaan besar dengan gaji puluhan juta 3. Pandai berkomunikasi dengan Client dan bisa memenangkan hati Client


sumber : http://www.delphindo.com/

Sunday, August 5, 2012

Landscape Foreground

Foto ini saya ambil di pantai Ujung Genteng pada saat sunset.

Hamparan Lumut Dikala Sunset




Belum sempat nulis mengenai perjalanan di Ujung Genteng, jadinya nulis 1 tips dulu deh mengenai pemotretan foreground pada lanscape :D
Biasanya kalau motret sunset/sunrise foreground nya jadi silhouette. Kenapa? Karena adanya perbedaan exposure pada langit dan daratan. Lalu bagaimana tips nya jika tidak mau foreground nya silhouette (dalam kasus ini supaya warna hijau lumut nya tetap terlihat)?

Cara pertama (yang saya gunakan dalam pemotretan foto diatas):
* Naikkan EV (+)
* Gunakan filter GND hard (karena ini lokasinya di pantai), supaya warna langit nya tidak ikut2an menjadi over exposed
(Note: untuk kasus diatas saya menggunakan EV +1 2/3 dan GND hard 0.6)

Cara kedua (biasanya sih untuk motret model):
* Metering dulu sampai warna langit sesuai yang diinginkan
* Set metering di mode manual
* Tembak flash

Contoh lain yang saya potret di Ujung Genteng juga..
Warna langitnya dapat sesuai yang diinginan, dan warna perahu nya terlihat.


Parutan Awan

sumber : http://www.cynderland.com


Saturday, April 28, 2012

Tips Fotografi: Memotret Air terjun

by Enche on September 17, 2011

Air terjun merupakan subjek foto yang menarik dan sangat populer di kalangan fotografer pemandangan/landscape. Memotret air terjun membutuhkan teknik tertentu yaitu:

Foto Air Terjun

Setting kamera manual
Untuk mendapatkan foto air terjun yang mulus, kita membutuhkan shutter speed yang lambat, kurang lebih 1/4 detik sampai 2 detik. Semakin lama kita membuka shutter, semakin mulus air terjunnya.


Bukaan/aperture yang dipakai sebenarnya cukup kecil, contohnya f/11 atau f/16. Dengan bukaan sekecil itu, seluruh pemandangan akan terlihat tajam. Hindari bukaan yang terlalu kecil seperti f/22 atau f/32 karena kualitas foto akan berkurang karena difraksi lensa.

Untuk ISO, sebaiknya memakai ISO yang paling rendah, misalnya ISO 100 (sebagian besar kamera DSLR Canon) atau 200 (kamera DSLR Nikon) supaya mendapatkan kualitas foto yang optimal.

Lensa
Untuk lensa, saya usulkan untuk memakai lensa lebar, karena memberikan kesan kedalaman atau tiga dimensi. Dimensi akan lebih terlihat ketika komposisi kita vertikal dengan memasukkan unsur lingkungan seperti bebatuan disekitar air terjun.

Filter
Ketika foto di siang hari yang terik dan terang sekali, seringkali kombinasi bukaan, shutter speed dan ISO seperti yang dianjurkan diatas masih menghasilkan foto yang terlalu terang. Jika itu terjadi, kita bisa mengunakan filter yang dinamakan Neutral Density. Filter ini akan menyerap cahaya lebih banyak sehingga exposure/pencahayaan foto menjadi pas. Filter Neutral Density ini ada yang menggelapkan 1 stop sampai 10 stop cahaya. Saya usulkan minimal menggunakan Neutral Density 3 stop atau disebut juga filter ND8.

Filter lain yang bisa membantu yaitu Circular polarizer. Filter ini berfungsi untuk mengurangi refleksi cahaya sehingga foto menjadi lebih bagus. Langit biru akan semakin biru dan refleksi cahaya ke air atau ke bebatuan disekitar air terjun akan hilang atau berkurang. Filter ini juga menyerap cahaya sebanyak kurang lebih 2 stop cahaya sehingga membantu kita mendapatkan setting bukaan-shutter speed-ISO yang dibutuhkan. Filter CPL ini adalah salah satu filter wajib untuk yang hobi fotografi pemandangan. Cara memakai filter CPL ini adalah memasangnya di depan lensa dan kemudian memutar filter sampai mendapatkan efek yang diinginkan (saat refleksi cahaya hilang/berkurang).

Tripod
Tripod merupakan alat wajib untuk fotografi pemandangan, tak terkecuali untuk foto air terjun. Tripod memastikan foto kita tidak blur karena shutter speed yang lambat. Banyak jenis tripod di pasaran, pada umumnya, tripod yang kokoh dan ringan itu yang terbaik untuk fotografi pemandangan atau jalan-jalan.

Fokus
Fokus yang tepat untuk foto pemandangan juga penting, tapi untunglah biasanya kita memakai setting bukaan yang kecil sehingga bagian yang tajam dari foto menjadi luas. Kita bisa memilih untuk fokus ke air terjun atau batu-batuan yang disamping. Fokus tergantung selera, bagian mana yang ingin kita tonjolkan atau terlihat paling tajam di foto.

Komposisi
Komposisi foto air terjun pada dasarnya ada dua, yaitu komposisi horizontal dan vertikal. Komposisi horizontal membuat pemandangan air terjun menjadi lebih tenang dan stabil, sedangkan komposisi vertikal memberikan kesan dinamis dan cepat. Jangan lupa mengikutsertakan lingkungan air terjun seperti bebatuan, pohon, dedaunan ataupun orang yang berenang atau main air di air terjun tersebut.

Selamat mencoba.

sumber : http://www.infofotografi.com, http://www.aksesoriskamera.net

Bagaimana Membuat Foto Bokeh yang Creamy

226227988_2ba6109df8.jpg

Salah satu perbedaan utama antara indera mata dan lensa kamera anda adalah bahwa mata memiliki depth of field (DOF) hampir tanpa batas sementara lensa terbatas, ini membawa konsekuensi bahwa bidang fokus lensa tidaklah seluas mata. Dan fotografer terdahulu telah memutuskan untuk justru memanfaatkan kelemahan ini menjadi senjata. Lahirlah apa yang kemudian disebut bokeh.

Bokeh aslinya adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti ‘menjadi kabur’, jadi foto bokeh adalah karakteristik foto yang menonjolkan sebuah oyek utama yang fokusnya sangat tajam sementara latar belakang (dan atau depan) yang sangat kabur, atau dalam bahasa Inggris selective focusing. Dalam contoh foto cantik diatas (karya Sektor Dua), obyek utama muka model amatlah tajam, namun latarbelakang pintu menjadi tampak amat kabur (blur). Nah, sifat kabur inilah yang disebut bokeh. Bagaimana caranya supaya kita bisa menghasilkan foto bokeh yang seperti ini. Berikut yang bisa anda lakukan:

  1. Pilih mode manual atau Aperture Priority – baca lebih jauh tentang mode operasi kamera disini
  2. Pilih setting aperture sebesar mungkin.
  3. Lihat tulisan f/x di lensa anda, semakin kecil x, semakin besar aperture dan semakin sempit bidang fokusnya

  4. Pikirkan tentang faktor jarak, yakni jarak didepan dan dibelakang bidang obyek.
  5. screenshot-001.jpg

    Misalnya anda berdiri 1 meter didepan teman (jarak depan = 1 meter) dan anda menjatuhkan titik fokus lensa pada mukanya. Teman anda berdiri sekitar 10 meter dari background terdekat (jarak belakang = 10 meter), maka background ini akan terlihat sangat kabur. Intinya, semakin kecil jarak depan (jarak antara lensa dan obyek) dan semakin besar jarak belakang (jarak antara obyek dan background) semakin kabur backgorund anda.

  6. Banyak berlatih dan usahakan anda membeli lensa dengan kemampuan aperture sebesar mungkin.
  7. Tip: Jika anda memang menyukai bokeh, lensa non-zoom dengan aperture super besar adalah cara tercepat mendapat bokeh (misal: 85mm f/1.8 & 50mm f/1.8, dua lensa ini adalah lensa super cepat dan super murah juga penghasil bokeh yang luar biasa)


sumber : http://belajarfotografi.com, http://www.aksesoriskamera.net

Friday, March 30, 2012

Cetak Bilangan Prima

Ass.wr.wb...
halo temen2 bloger, sorry baru nongol neh...mau posting baru neh, karen ada pertanyaan dari seorang temen bloger yang minta cetak bilang prima, oleh karena itu ta kasi ini :Berikut formnya



prinsip untuk menentukan bliulang prima yaitu dimana bilangannya yang hanya bisa di bagi 2 kali yaitu bilangan 1 dan bilangan dirinya sendiri jdi logika nya itu bagaimana menentukan bilangan bilangan habis di bagi dan pembaginya hanya 2 kali

berikut perintah nya :

procedure TForm1.Button1Click(Sender: TObject);
var
i,j,prima,jml:integer;
begin
jml:=StrToInt(Edit1.Text);
ListBox1.Clear;
For i:=1 to jml do
Begin
j:=0;
For prima:=1 to i do
Begin
If i mod prima = 0 Then
j:=j+1
End;
If j=2 then
ListBox1.Items.Add(IntToStr(i));
End;
end;


dimana penggunaan MOD berfungsi untuk sisa bagi, sehingga mencari angka yang habis jika dibagi dengan bilangan dalan pengulangan yang kita buat.